PENALARAN ILMIAH
Penalaran adalah proses berpikir yang
sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah
dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien,
tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas
prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari
berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran
mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu
sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
“Penalaran adalah suatu proses berpikir
yang logis dengan berusaha menghubung - hubungkan fakta untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Fakta adalah kenyataan yang dapat
diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan
baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu
kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, meraba, dan merasa.
Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan
ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir
adalah klasifikasi”. Penalaran dalam beberapa definisi, yaitu:
1.
Proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan.
2.
Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
3.
Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau
pengertian baru.
4.
Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat
diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel
yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan.
5.
Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah
proses pemikiran yang logis untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan fakta yang
relevan (sebenarnya). Atau dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran
fakta sebagai dasar untuk menghasilkan dan menarik kesimpulan.
Ciri-ciri
Penalaran
·
Adanya
suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan
suatu proses berpikir logis).
·
Sifat
analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi
merupakan cara berpikir secara analitik.
Secara detail penalaran mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
·
Logis, suatu penalaran harus memenuhi
unsur logis, artinya pemikiran yang
ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
·
Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang
dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya
ke dalam suatu pola tertentu.
·
Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu
fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
Tahap-tahap
Penalaran
1. Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk
adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal
yang muncul secara tiba-tiba.
2. Kemudian rasa sulit tersebut diberi
definisi dalam bentuk permasalahan.
3. Timbul suatu kemungkinan pemecahan
yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau teori.
4. Ide-ide pemecahan diuraikan secara
rasional melalui pembentukan implikasi dengan cara mengumpulkan bukti-bukti
(data).
5.
Menguatkan
pembuktian tentang ide-ide tersebut dan menyimpulkan melalui keterangan-keterangan
ataupun percobaan-percobaan.
Unsur Penalaran Penulisan Ilmiah
1. Topik yaitu
ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi
sekurang-kurangnya dua variabel.
2. Dasar
pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat
pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3. Proposisi,
mempunyai beberapa jenis, antara lain:
·
Proposisi empirik yaitu proposisi
berdasarkan fakta.
·
Proposisi mutlak yaitu pembenaran
yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan benar atau salahnya.
·
Proposisi hipotetik yaitu
persyaratan huungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
·
Proposisi kategoris yaitu
tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
·
Proposisi positif universal yiatu
pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
·
Proposisi positif parsial yaitu
pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif.
·
Proposisi negatif universal, kebalikan
dari proposisi positif universal.
·
Proposisi negatif parsial, kebalikan
dari proposisi negatif parsial.
4. Proses berpikir ilmiah yaitu
kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu
kesimpulan.
5. Logika yaitu metode pengujian
ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi (pembuktian),
fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6. Sistematika yaitu
seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam
suatu kesatuan.
7. Permasalahan yaitu pertanyaan
yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel yaitu unsur
satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan,
penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari
hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi) yaitu
proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
Pembuktian ini harus disertai dukungan yang berupa: metode analisis baik yang
bersifat manual maupun yang berupa software.
Selain itu, pembuktian didukung pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh,
dan hasil analisis yang akurat.
11. Hasil yaitu akibat yang
ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan) yaitu
penafsiran atas hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.
Metode-metode
Penalaran
1.
Penalaran Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah
paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus
(mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan
yang berupa pernyataan umum. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang
telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Dalam
penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut
silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu :
·
Dasar
pemikiran utama (premis mayor)
·
Dasar
pemikiran kedua (premis minor)
·
Kesimpulan
Contoh:
Premis mayor : Semua siswa SMA
kelas X wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.
Premis minor : Bob adalah
siswa kelas X SMA
Kesimpulan : Bob
wajib mengikuti jam pelajaran Sosiologi
v Ciri
Paragraf deduktif
Penalaran deduktif adalah
proses penalaran yang bertolak dari
peristiwa-peristiwa yang sifatnya umum menuju pernyataan khusus. Apabila
diidentifikasisecara terperinci, paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
·
Letak
kalimat utama di awal paragraph
·
Diawali
dengan pernyataan umum disusul dengan uraian atau penjelasan khusus
·
Diakhiri
dengan penjelasan
2. Penalaran Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang
bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari
sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum. Untuk berpikir
induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk
sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut Herbert L. Searles
(Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996 : 91-92), diperlukan proses penalaran sebagai
berikut :
·
Langkah
pertama
adalah mengumpulkan fakta-fakta khusus. Pada langkah ini, metode yang digunakan
adalah observasi dan eksperimen. Observasi harus dikerjakan seteliti mungkin,
sedangkan eksperimen dilakukan untuk membuat atau mengganti obyek yang harus
dipelajari.
·
Langkah kedua
adalah perumusan hipotesis. Hipotesis merupakan dalil atau jawaban sementara
yang diajukan berdasarkan pengetahuan yang terkumpul sebagai petunjuk bagi
penelitian lebih lanjut. Hipotesis ilmiah harus memenuhi syarat, diantaranya
dapat diuji kebenarannya, terbuka dan sistematis sesuai dengan dalil-dalil yang
dianggap benar serta dapat menjelaskan fakta yang dijadikan fokus kajian.
·
Langkah ketiga
adalah mengadakan verifikasi. Hipotesis merupakan perumusan dalil atau jawaban
sementara yang harus dibuktikan atau diterapkan terhadap fakta-fakta atau juga
diperbandingkan dengan fakta-fakta lain untuk diambil kesimpulan umum. Proses
verifikasi adalah satu langkah atau cara untuk membuktikan bahwa hipotesis
tersebut merupakan dalil yang sebenarnya. Verifikasi juga mencakup generalisasi
untuk menemukan dalil umum, sehingga hipotesis tersebut dapat dijadikan satu
teori.
·
Langkah keempat
adalah perumusan teori dan hukum ilmiah berdasarkan hasil verifikasi.Hasil
akhir yang diharapkan dalam induksi ilmiah adalah terbentuknya hukum ilmiah.
Persoalan yang dihadapi adalah oleh induksi ialah untuk sampai pada suatu dasar
yang logis bagi generalisasi dengan tidak mungkin semua hal diamati, atau
dengan kata lain untuk menentukan pembenaran yang logis bagi penyimpulan
berdasarkan beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal. Maka, untuk
diterapkan bagi semua hal harus merupakan suatu hukum ilmiah yang derajatnya
dengan hipotesis adalah lebih tinggi.
Contoh:
·
Bukti 1 : logam 1 apabila dipanaskan
akan memuai
·
Bukti 2 : logam 2 apabila dipanaskan
akan memuai
·
Bukti 3 : logam 3 apabila dipanaskan
akan memuai
Kesimpulan:
Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.
·
Kuda Sumba punya sebuah jantung
·
Kuda Australia punya sebuah jantung
·
Kuda Amerika punya sebuah jantung
·
Kuda Inggris punya sebuah jantung
·
…
·
∴ Setiap
kuda punya sebuah jantung
Dari berbagai peryataan kemudian di
tarik kesimpulan secara umum itulah merupakan metode berpikir secara induktif
(khusus ke umum) jadi dalam berpikir induktif dari cakupan yang kecil kemudian
di jabarkan menjadi kesimpulan secara umum.
v Ciri
Paragraf Induktif
Penalaran
induktif adalah proses penalaran yang bertolak dari peristiwa-peristiwa yang
sifatnya khusus menuju pernyataan umum. Apabila diidentifikasi secara
terperinci, paragraf berpola induktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·
Letak kalimat utama di akhir paragraph
·
Diawali dengan uraian/penjelasan
bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum
·
Paragraf induktif diakhiri dengan
kesimpulan
·
Macam – Macam Penalaran Induktif
Bentuk-bentuk Penalaran
Induktif
1. Generalisasi
Penalaran generalisasi dimulai
dengan peristiwa – peristiwa khusus untuk untuk mengambil kesimpulan umum.
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian
besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan
rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta,
contoh, data statistik, dan lain-lain. Proses penalaran ini bertolak dari
sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat umum
menuju kesimpulan umum yang mengikat umum yang mengikat seluruh fenomena
sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Contoh generalisasi :
·
Jika dipanaskan, besi memuai.
·
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
·
Jika dipanaskan, emas memuai.
·
Jika dipanaskan, platina memuaiJadi,
jika dipanaskan, logam memuai.
·
Jika ada udara, manusia akan hidup.
·
Jika ada udara, hewan akan hidup.
·
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup
akan hidup.
v Macam –
macam generalisasi :
a. Generalisasi
sempurna. Generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi
macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi
tetap saja yang belum diselidiki.
b. Generalisasi
tidak sempurna. Generalisasi
berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diselidiki. Penalaran generalisasi bertolak dari
satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai
kemiripan untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat
dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang
berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada
bagian awal.
2. Analogi
Membandingkan dua hal yang banyak
persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan
dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara
membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya. Dalam berfikir
Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan baru
itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan
dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada
pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas
persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada dasarnya hanya
membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari hubungannya. Maka sering
kesimpulan yang diambil tidak logis. Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan
bahwa penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan
data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal
yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu
ditarik suatu kesimpulan. Contoh Analogi :
·
Nina adalah lulusan Akademi
·
Nina dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
·
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
3. Hubungan kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala
yang saling berhubungan.
v Macam
hubungan kausal :
a. Sebab-
akibat yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan sampai
kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat sebagai
gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas.
“Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.”
“Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.”
b. Akibat
– Sebab yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu
dianalisis untuk mencari sebabnya. “Andika tidak lulus dalam ujian kali ini
disebabkan dia tidak belajar dengan baik”
c. Akibat
– Akibat yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian
akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua.
Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat. “Ibu
mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran
dirumah basah”
4. Hipotesis dan Teori
Hipotesis adalah proposisi
yg masih perlu diuji sedangkan teori adalah proposisi yg telah
teruji. Contoh :
·
Semua kucing yang bermata biru adalah
tuli (Darwin dalam ilmu biologi)
·
Tidak ada hewan yang bertanduk dan berkuku
telapak adalah pemakan daging
·
Anak kecil yang pernah terluka
jari-jarinya karena bermain-main denganpisau akan berhati-hati bila di saat
lain dia menggunakan pisau
·
Ilmu ilmu kealaman semuanya disusun
berdasarkan generalisasi tidak sempurna, demikian pula ilmu social.
5. Induksi dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis
pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan
untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang
singkat, akurat, dan padat. Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang
suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi
pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau
statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi
uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut
paparan proses. Langkah menyusun eksposisi:
a. Menentukan
topik/tema
b. Menetapkan
tujuan
c. Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
d. Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
e. Mengembangkan
kerangka menjadi karangan eksposisi
Pendekatan
Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)
Metode berpikir pendekatan ilmiah
adalah penalaran yang menggabungkan
cara berpikir deduktif dengan cara berpikir induktif. Dalam pendekatan
ilmiah, penalaran disertai dengan suatu hipotesis.
Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak
langsung yaitu :
1. Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial adalah
silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi
premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis
tersebut adalah term penengah (middle term). Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut :
a. Silogisme
harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah
b. Silogisme
terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
c. Dua
premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
d. Bila
salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
e. Dari
premis yang postif, akan dihasilkan simpulan yang positif
f. Dari
dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
g. Bila
premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
h. Dari
premis mayor khusus dan premis mayor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2. Silogisme
Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis
mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu,
bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen.
Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Hukum-hukum
Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan
kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah :
·
Bila A terlaksana maka B juga
terlaksana.
·
Bila A tidak terlaksana maka B tidak
terlaksana. (tidak sah = salah)
·
Bila B terlaksana, maka A terlaksana.
(tidak sah = salah)
·
Bila B tidak terlaksana maka A tidak
terlaksana.
3. Silogisme
Alternatif
Silogisme alternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
·
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
·
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
4.
Proposisi alternative
yaitu bila premis minornya membenarkan
salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
5. Silogisme
Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya
premis minor dan simpulan. Contoh:
·
Dia menerima hadiah pertama karena dia
telah menang dalam kuis itu.
·
Anda telah memenangkan kuis ini, karena
itu Anda berhak menerima hadiahnya.
SUMBER :