BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERILAKU KONSUMEN?
Pendapat para ahli mengenai pengertian atau
definisi perilaku konsumen, yaitu sebagai berikut :
a.
Menurut
John C. Mowen dan Michael Minor mendefinisikan perilaku konsumen sebagai studi
tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi berbagai produk,jasa dan pengalaman serta ide-ide.
b.
Menurut
Lamb, Hair dan Mc.Daniel menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses
seorang pelanggan dalam membuat keputusan untuk membeli, menggunakan serta
mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang dibeli, juga termasuk faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk.
c.
Menurut
Engel, Blackwell dan Miniard, menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan ini.
d.
The
American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana
manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya.
e.
Hanna
& Wozniak (2001), Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang
berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan
alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan
pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan pribadi.
Dapat diambil kesimpulan, bahwa perilaku
konsumen merupakan proses dan aktivitas ketika seseorang
berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku
konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga
jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan
pertimbangan yang matang.
1.2.PEMIKIRAN YANG BENAR TENTANG KONSUMEN.
a.
Konsumen
adalah Raja, yaitu dapat dibilang demikian karena suatu keputusan dalam proses
pembelian dari suatu barang atau jasa ada pada keputusan konsumen tersebut.
Jadi dapat diartikan atau dalam makna kiasan Konsumen adalah Raja.
b.
Perilaku
Konsumen dapat dibujuk atau dirayu oleh produsen, yaitu produsen dapat membujuk
atau merayu konsumen untuk melakukan transaksi pembelian barang dari produsen
dengan maksud melakukan metode pemasaran kepada Konsumen untuk membujuk
Konsumen membeli barang atau jasa.
c.
Motivasi
dan Perilaku Konsumen dapat Dipahami Melalui Penelitian. Melakukan penelitian
merupakan suatu media atau alat untuk memahami dari perilaku konsumen tersebut,
sehingga penelitian ini dipakai sebagai acuan dalam membuat program pemasaran,
perencanaan periklanan, perencanaan promosi sehingga hal-hal yang terjadi pada
masa yang akan datang dapat diprediksi. Hal ini akan berdampak positif untuk
melakukan program selanjutnya kepada consume.
1.3.PENELITIAN
KONSUMEN SEBAGAI SUATU BIDANG YANG DINAMIS.
1.3.1.Sifat dan perilaku konsumen :
a.
Consumer
Behavior Is Dynamic, yaitu Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses
berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen,
dan perhimpunan besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat yang
dinamis demikian menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat
menantang sekaligus sulit.
b.
Consumer
Behavior Involves Interactions, yaitu dalam perilaku konsumen terdapat
interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia, serta lingkungan.
Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi tersebut
mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi
konsumen.
c.
Consumer
Behavior Involves Exchange, yaitu Perilaku konsumen melibatkan pertukaran
antara manusia. Dalam kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain
dan menerima sesuatu sebagai gantinya.
1.3.2.Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen :
a.
Pendekatan
Interpretif, yaitu pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi
dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan
focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi
konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan
menggunakannya.
b.
Pendekatan
Tradisional, yaitu pendekatan ini didasari pada teori dan metode dari ilmu
psikologi kognitif, sosial, dan tingkah laku serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan
ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perilaku dan
pembuatan keputusan konsumen.
c.
Sains
Pemasaran, yaitu pendekatan ini didasari pada teori dan metode dari ilmu
ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan
menguji coba model matematika berdasarkan hierarki kebutuhan manusia menurut
Abraham Maslow untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan
dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.
1.3.3.Pendekatan Perilaku Konsumen :
a.
Perilaku
Kardinal, yaitu Kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan
(misalnya : uang). Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan
menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat
kepuasannya.
b.
Perilaku
Ordinal, yaitu Dalam Pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu
diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi
rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.
BAB
II
SEGMENTASI
PASAR DAN ANALISIS DEMOGRAFI
2.1.SEGMENTASI PASAR.
Segmentasi
pasar adalah sebuah metode bagaimana memandang pasar secara kreatif. Kita perlu
secara kreatif mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang yang muncul di pasar.
Segmentasi pasar sangatlah penting di dalam bisnis dan pemasaran. Pengertian
segmentasi pasar sebagai suatu strategi perusahaan tidaklah semata dilakukan
dengan cara membedakan produk atau bahkan menciptakan produk baru (product
diversification), tetapi didasarkan atas atas perbedaan minat dan kebutuhan
konsumen. Defini Segmentasi Pasar oleh beberapa ahli :
a.
Swastha &
Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai kegiatan
membagi–bagi pasar/market yang bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar
yang bersifat homogeny.
b.
Pride & Ferrel
(1995) mengatakan
bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar ke dalam segmen-segmen
pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang menunjukkan adanya
kesamaan perilaku pembeli dan sebagai suatu proses pembagian pasar keseluruhan
menjadi kelompok–kelompok pasar yang terdiri dari orang–orang yang secara
relatif memiliki kebutuhan produk yang serupa.
c.
Swastha &
Handoko (1987) yang merumuskan segmentasi pasar adalah suatu
tindakan membagi pasar menjadi segmen–segmen pasar tertentu yang dijadikan
sasaran penjualan yang akan dicapai dengan marketing mix.
d.
Kotler, Bowen dan
Makens (2002, p.254) pasar terdiri dari pembeli dan pembeli
berbeda-beda dalam berbagai hal yang bisa membeli dalam keinginan, sumber daya,
lokasi, sikap membeli, dan kebiasaan membeli. Karena masing-masing memiliki
kebutuhan dan keinginan yang unik, masing-masing pembeli merupakan pasar
potensial tersendiri. Oleh sebab itu penjual idealnya mendisain program
pemasarannya tersendiri bagi masing-masing pembeli. Segmentasi yang lengkap
membutuhkan biaya yang tinggi, dan kebanyakan pelanggan tidak dapat membeli
produk yang benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk itu, perusahaan
mencari kelas-kelas pembeli yang lebih besar dengan kebutuhan produk atau
tanggapan membeli yang berbeda-beda. Segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan
yang memiliki seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005, p.307).
Segmentasi
pasar adalah pembagian suatu pasar yang heterogen kedalam satuan-satuan pembeli
yang homogen, dimana kepada setiap satuan pembeli yang homogen tersebut
dijadikan sasaran pasar yang dicapai dengan marketing mix tersendiri. Dengan
demikian yang semula pasarnya satu dan luas,kemudian dibagi-bagi atau
disegmentasi oleh pemasar menjadi beberapa bagian pasar yang sifatnya homogen.
Homogenitas pasar tersebut dicari dan ditentukan sendiri oleh pihak pemasar.
Mengingat luasnya pasar, maka kegiatan segmentasi pasar harus dilakukan dengan
maksud dan tujuan sebagai berikut :
a.
Pasar lebih mudah dibedakan. Setiap produk
yang dihasilkan adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Agar
produk tersebut dapat diterima tentunya haruslah sesuai dengan selera konsumen.
Sedangkan dilain pihak dengan keadaan pasar yang heterogen dan selera konsumen
yang selalu berkembang tentunya sulit untuk dapat diikuti oleh perusahaan secara
terus menerus. Dalam hal ini perusahaan akan cenderung mencari sekelompok
konsumen yang sifatnya homogen sehingga lebih mudah untuk memahami selera
konsumen. Dengan demikian pasar lebih mudah dibedakan dengan kelompok pasar
yang lain.
b.
Pelayanan kepada pembeli menjadi lebih baik.
Dalam memenuhi kebutuhannya konsumen selalu menginginkan empat hal penting
yaitu kualitas barang yang bagus, harga yang terjangkau serta pelayanan yang
baik dan memuaskan serta ketepatan waktu. Dari keempat hal tersebut yang sangat
dominan adalah perihal pelayanan. Banyak konsumen lari ketempat lain karena
masalah pelayanan. Harga dan kualitas kadang menjadi nomor dua dibanding
pelayanan. Menyadari hal tersebut maka segmentaasi pasar harus dilakukan agar
dapat memberikan pelayanan yang mengarah kepada pasarnya. Bentuk pelayanan yng
diberikan oleh perusahaan adalah menyediakan tempat parkir yang luas dan
gratis. Pelayanan ini juga dimaksudkan untuk menarik perhatian konsumen.
c.
Strategi pemasaran menjadi lebih mengarah.
Mengingat luas dan beragamnya pasar konsumen, maka akan sulit untuk melayani
semua konsumen yang sangat heterogen tersebut. Maka dengan melayani konsumen
yang sifatnya homogen maka strategi pemasaran yang direncanakan dapat lebih
mengarah dalam menyusun marketing mix yang meliputi perencanaan produk, harga,
distribusi dan promosinya sehingga menjadi lebih tajam.
d.
Mendesain Produk. Mendisain produk-produk
yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar karena hanya dengan memahami
segmen-segmen yang responsif terhadap suatu stimuli maka pemasar dapat
mendisain produk yang sesuai dengan kebutuhan segmen ini. Teknik-teknik riset
yang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini seperti Analisis Faktor,
Analisis Klaster, Conjoint, dan Discriminant.
e.
Menganalisis Pasar. Segmentasi pasar membantu
pihak manajemen mendeteksi siapa saja yang akan menggerogoti pasar produknya. Para pesaing
itu memiliki kemampuan untuk memberikan alternatif pilihan produk bagi konsumen
dan tidak sekedar menghasilkan produk yang sama.
f.
Menemukan Ceruk Peluang (nieche). Setelah
menganalisis pasar, perusahaan yang menguasai segmen pasar dengan baik akan
sampai pada ide untuk menemukan peluang. Peluang ini tidak selalu sesuatu yang
besar.
g.
Menguasai posisi yang superior dan
kompetitif. Perusahaan yang menguasai segmen dengan baik umumnya adalah mereka
yang paham betul konsumennya. Mereka mempelajari pergeseran-pergeseran yang
terjadi di dalam segmennya.
h.
Menentukan Strategi komunikasi yang efektif
dan efisien. Komunikasi dengan konsumen akan lebih efektif jika perusahaan tahu
persis siapa segmennya termasuk warna favoritnya, jenis musik kesukaan,
kegiatan sehari-hari dan pendapatnya pribadi tentang lingkungan sekitarnya.
Aplikasi media iklan pun akan berbeda-beda menurut segmennya seperti media
cetak ekslusif tentu cocok dengan segmen premium.
Dasar – Dasar Segmentasi. Variabel-variabel
yang berbeda dipergunakan untuk membentuk segmen pasar konsumen.
Variabel-variabel tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok besar. Beberapa
peneliti mencoba membentuk segmen dengan melihat pada karakteistik/sifat
konsumen. Pada umumnya mereka menggunakan segmen demografis, geografis dan
psikografis. Kemudian mereka menguji apakah konsumen ini menunjukkan respon
produk atau kebutuhan yang berbeda? Sebagai contoh mereka mungkin menguji
perbedaan sikap dari para professional kerah baju (blue collars), dan kelompok
lain dengan mengatakan : keselamatan (safety) sebagai manfaat mobil.
Begitu
segmen dibentuk peneliti melihat apakah perbedaan karakteristik konsumen terkait
dengan respon konsumen pada setiap segmen. Untuk mengadakan segmentasi pasar
dapat ditempuh dengan beberapa cara yang berbeda. Metode tersebut juga dapat
berbeda antara suatu produk ke produk lainnya. Salah satu cara dalam mengadakan
segmentasi pasar adalah dengan membagi segmen pasar berdasarkan sembilan
kategori berikut :
a.
Geografi. Segmentasi
geografi akan membagi pasar ke dalam beberapa bagian geografi yang berbeda-beda
seperti negara, Negara bagian, wilayah, kota, dan desa. Perusahaan akan
beroperasi pada satu atau beberapa area geografi yang dipandang potensial dan
menguntungkan.
b.
Demografi. Dalam
segmentasi demografi, pasar dibagi menjadi grup-grup dengan dasar pembagian
seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendekatan, tingkat pendidikan, dan agama.
Setidaknya ada lima alasan mengapa pendekatan demografi ini hampir selalu
disertakan, antara lain adalah informasi demografi adalah informasi yang mudah
dijangkau dan relatif lebih murah untuk mengidentifikasikan target market,
informasi demografi memberikan insight tentang trend yang sedang terjadi, meski
tidak dapat untuk meramalkan perilaku konsumen, demografi dapat dilihat untuk
melihat perubahan permintaan aneka produk dan yang terakhir demografi dapat
digunakan untuk mengevaluasi kampanye-kampanye pemasaran.
c.
Psikografi. Ciri-ciri
psikologis berkenaan dengan inner atau kualitas intrinsic dari consumer
individual. Strategi segmentasi konsumen kadang-kadang didasarkan pada variabel
psikologis yang spesifik. Konsumen dapat dibagi menurut demografi tetapi
seringkali ini tidaklah cukup. Perusahaan ingin tahu lebih jauh apa sebenarnya
yang membuat orang-orang yang memiliki usia, penghasilan, pendapatan dan
pendidikan yang sama berbeda dalam merespon suatu stimuli pemasaran. Dalam
segme ntasi psikografis, perilaku konsumen diobservasi melalui kelas sosial
(social class), gaya hidup (lifestyle), nilai-nilai kehidupan yang
dianut (value) dan kepribadian (personality).
d.
Sosiocultural. Variabel
sosiologis (kelompok) dan antropologis (budaya) merupakan variabel
sosiokultural, meyediakan dasar lebih lanjut untuk segmentasi pasar. Untuk
segmen pasar yang sukses dibagi lagi dalam segmen sesuai dengan tahap pada :
·
Daur
hidup keluarga.
·
Kelas
social.
·
Budaya
dan sub budaya dan,
·
Lintas
budaya atau segmentasi pemasaran global
Segmen hubungan menggunakan cara ekstrim. Sebuah
cara ekstrim yang popular dan bentuk efektif segmentasi untuk kategori
penggunaan merek, seperti :
a.
Tingkat penggunaan : perbedaan segmentasi
antara pengguna berat, pengguna sedang, pengguna ringan dan bukan pengguna
untuk sebuah produk, jasa atau merek khusus.
b.
Tingkat kesadaran : kesadaran konsumen pada
produk, tingkat ketertarikan pada produk, kesiapan membeli produk atau apakah
konsumen butuh informasi tentang produk menyangkut semua aspek kesadaran.
c.
Loyalitas merek : kadang-kadang digunakan
sebagai dasar untuk segmentasi. Pemasar kadang mencoba untuk mengidentifikasikan
karakteristik konsumen yang loyal merek tentu mereka bisa langsung menjadi
pendukung promosi mereka ke orang dengan karakteristik yang sama dalam populasi
yang lebih besar.
Segmen situasi penggunaan. Pemasar mengenal bahwa kesempatan atau
situasi kadang-kadang menentukan apakah konsumen akan membeli atau
mengkonsumsi. Untuk alasan ini mereka kadang-kadang focus pada situasi
penggunaan sebagai sebuah variabel segmentasi. Segmentasi berdasarkan
kesempatan dapat membantu perusahaan memperluas penggunaan produk.
Segmen benefit. Bentuk
segmentasi yang kuat adalah dengan mengklasifikasikan pembeli sesuai dengan
manfaat berbeda yang mereka cari dari produk. Eksekutif pemasaran dan
periklanan secara konstan mencoba mengidentifikasikan sebuah keuntungan paling
penting dari produk atau jasa yang akan menjadi sangat berarti bagi consumer.
Sebuah studi yang meguji apakah yang mengendalikan preferensi konsumen terhadap
micro atau craftbeer, terindenfikasi lima kenutungan strategic brand
yaitu :
a.
Fungsional
(contoh kualitas)
b.
Nilai
uang
c.
Manfaat
social
d.
Manfaat
emosi positif
e.
Manfaat
emosi negative
Segmentasi benefit bisa juga digunakan untuk
bermacam-macam posisi merek dalam kategori produk yang sama.
Segmen hybrid. Pemasar
secara umum membentuk segmen pasar dengan kombinasi beberapa variabel segmen
berdasarkan sebuah segmen tunggal. Segmen geodemografis, adalah sangat berguna
bagi ketika sesesorang pengiklan atau pemasar menemukan prospek terbaik
(kepribadian, tujuan dan ketertarikan) bisa diisolasi di mana mereka hidup.
Segmen lintasbudaya & global marketing merupakan segmen geodemografis.
Segmentasi Tingkah Laku. Segmentasi tingkah laku
mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau
reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin bahwa variabel
tingkah laku merupakan awal paling baik untuk membentuk segmen pasar.
2.1.1.Segmentasi
dan kepuasan konsumen.
Menurut
Philip Kotler (1997:36) Kepuasan konsumen adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya
terhadap kinerja ( hasil) suatu produk dengan harapannya. Macam-macam atau Jenis
kepuasan konsumen Kepuasan konsumen terbagi menjadi 2 :
a.
Kepuasan Fungsional,
merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk.
Misal : karena makan membuat perut kita menjadi kenyang.
b.
Kepuasan
Psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang
bersifat tidak berwujud. Misal : Perasaan bangga karena mendapat pelayanan yang
sangat istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah .
Pengelompokan
inilah yang sering kita dengar sebagai segmentasi pelanggan. Segmentasi ini
mutlak dilakukan secara bervariasi. Dapat di bagi beberapa segmen berdasarkan :
a.
letak geografis.
b.
volume pembelian demografis.
c.
produk yang dibeli.
d.
sesuai kebutuhan Anda.
Umumnya, tiap segmen adalah unik dan
juga memberi kontribusi yang berbeda terhadap organisasi.
2.1.2.Segmentasi
dan profitabilitas.
Profitabilitas
adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong
pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas
perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement)
yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.
a.
Tingkatkan
Efisiensi Proses Produksi. Proses produksi yang efisien akan
menghasilkan penghematan. Semakin berhemat, semakin rendah pula biaya produksi.
Dengan semakin rendahnya biaya produksi, maka margin keuntungan juga samakin
tinggi. Terapkan prinsip-prinsip “Total Quality Management” sistem produksi
Anda untuk memangkas biaya-biaya yang tidak perlu.
b.
Fokus Pada “Core
Business” Terpenting Anda. Apakah Anda sudah mengetahui apa sebenarnya
Core Business di mana Anda harus menfokuskan waktu, energi dan pikiran? Jika
Anda melenceng pada hal-hal yang tidak penting, maka yang sedah Anda lakukan
adalah pemborosan sumberdaya yang sangat berharga, yaitu waktu Anda.
c.
Berdayakan
Orang-orang Yang Berdedikasi Melalui Kepemimpinan. Manusia adalah sumberdaya
terpenting dalam organisasi Anda. Semakin tinggi tingkat penghargaan Anda pada
aspek manusia, semaking tinggi pula tingkat kemampuan untuk menciptakan
keberhasilan organisasi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan organisasi
yang efektif, Anda akan mampu membawa organisasi Anda ke level yang lebih
tinggi dan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi pula.
d.
Pertajam Kecerdasan
Organisasi. Apakah organisasi Anda merupakan organisasi yang
cerdas? Semakin cerdas organisasi, semakin tinggi pula kemampuan organisasi
Anda dalam menavigasikan diri ke arah masa depan yang lebih baik. Seberapa
sering Anda memberikan pelatihan-pelatihan berkualitas bagi para karyawan untuk
mempertajam kemampuan mereka dalam mengelola organisasi secara lebih
profesional. Semakin cerdas organisasi, semakin tinggi tingkat profitabilitas
perusahaan Anda.
e.
Kompensasi Yang
Sesuai. Manusia
ingin dihargai. Jika Anda membayar lebih rendah dibandingkan kemampuan dan
usaha yang sudah mereka berikan bagi organisasi Anda, mereka akan merasa
dirugikan. Jika mereka merasa dirugikan, maka sebaiknya Anda jangan berharap
mereka akan memberikan yang terbaik bagi organisasi Anda. Jika kita melihat
negara-negara yang sistem ekonominya telah maju, kita melihat bahwa sistem kompensasi
yang diterapkan merefleksikan kinerja.
2.1.3.Penggunaan
segmentasi dalam strategi pemasaran.
Agar segmen pasar dapat bermanfaat
maka harus memenuhi beberapa karakteristik:
a.
Measurable : Ukuran, daya beli, dan profil
segmen harus dapat diukur meskipun ada beberapa variabel yang sulit diukur.
b.
Accessible : Segmen pasar harus dapat
dijangkau dan dilayani secara efektif.
c.
Substantial : Segmen pasar harus cukup besar
dan menguntungkan untuk dilayani.
d.
Differentiable : Segmen-segmen dapat
dipisahkan secara konseptual dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap
elemen-elemen dan bauran pemasaran yang berbeda.
e.
Actionable : Program yang efektif dapat
dibuat untuk menarik dan melayani segmen-segmen yang bersangkutan.
Langkah dalam mengembangkan
segmentasi yaitu:
a.
Mensegmen pasar menggunakan variabel-variabel
permintaan, seperti kebutuhan konsumen, manfaat yang dicari, dan situasi
pemakaian.
b.
Mendeskripsikan segmen pasar yang
diidentifikasikan dengan menggunakan variabel-variabel yang dapat membantu
perusahaan memahami cara melayani kebutuhan konsumen tersebut dan cara
berkomunikasi dengan konsumen.
2.2.RENCANA PERUBAHAN.
2.2.1.Analisis Konsumen Dan Kebijakan Social.
2.2.1.1.Analisis Konsumen.
Analisis konsumen berguna untuk melihat
bagaimana konsumen mengambil keputusan dan peran pemasaran di dalamnya. Proses
pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang mengalami berbagai pentahapan
sebagai berikut :
1.
Analisis
Kebutuhan. Konsumen merasa bahwa dia membutuhkan sesuatu untuk memenuhi
keinginannya. Kebutuhan itu bisa dibangkitkan oleh dirinya sendiri ataupun
stimulus eksternal.
2.
Pencarian
Informasi. Setelah kebutuhan itu dirasakan, konsumen kemudian mencari produk
ataupun jasa yang bisa memenuhi kebutuhannya.
3.
Evaluasi
Alternatif. Konsumen kemudian mengadakan evaluasi terhadap berbagai alternatif
yang tersedia mulai dari keuntungan dan manfaat yang dia peroleh dibandingkan
biaya yang harus ia keluarkan.
4.
Keputusan
Pembelian. Konsumen memutuskan untuk membeli merek tertentu dengan harga
tertentu, warna tertentu.
5.
Sikap
Paska Pembelian. Sikap paska pembelian menyangkut sikap konsumen setelah
membeli produk ataupun mengkonsumsi suatu jasa. Apakah dia akan puas dan terpenuhi
kebutuhannya dengan produk atau jasa tersebut atau tidak.
2.2.1.2.Analisis Kebijakan Sosial.
Analisis kebijakan (policy analysis) dapat
dibedakan dengan pembuatan atau pengembangan kebijakan (policy development).
Analisis kebijakan tidak mencakup pembuatan proposal perumusan kebijakan yang
akan datang. Analisis kebijakan lebih menekankan pada penelaahan kebijakn yang
sudah ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan pada proses
pembuatan proposal perumusan kebijakan yang baru.
2.2.2.Perubahan Struktur Pasar Konsumen.
Struktur Pasar Konsumen – Persaingan
Sempurna, Monopolistik, Oligopoli dan Monopoli : Pembelian barang dalam jumlah
besar untuk dijual lagi merupakan perdagangan. Tidak semua perusahaan yang terlibat dalam
perdagangan besar selalu digolongkan sebagai pedagang besar. Bagi perusahaan
yang memiliki kantor cabang penjualan (yang mempunyai fungsi pokok menjual,
bukannya memproduksi), perusahaan juga harus menentukan penyalur atau pedagang
besarnya. Sehingga sering kali seorang pedagang menyewa agen untuk melaksanakan
pembeliaan atau penjualannya. Definisi ini sangat luas dan mencakup baik
konsumen akhir maupun para pembeli industri. Dalam definisi tersebut ditunjukan
bahwa studi tentang perilaku konsumen itu mencakup tidak hanya
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh konsumen dalam pembelian dan penggunaan
produk, tetapi juga semua faktor yang ada dalam proses menuju kepada tindakan-tindakan
itu.
a.
Pasar
Persaingan Sempurna. Jenis pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah
produsen sangat banyak sekali dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip
dengan jumlah konsumen yang banyak. Contoh produknya adalah seperti beras,
gandum, batubara, kentang, dan lain-lain. Sifat-sifat pasar persaingan sempurna
:
·
Jumlah
penjual dan pembeli banyak.
·
Barang
yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain.
·
Penjual
bersifat pengambil harga (price taker).
·
Harga
ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran (demand and supply).
·
Posisi
tawar konsumen kuat.
·
Sulit
memperoleh keuntungan di atas rata-rata.
·
Sensitif
terhadap perubahan harga.
·
Mudah
untuk masuk dan keluar dari pasar.
b.
Pasar
Monopolistik. Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau
penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk
tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh
produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan
sebagainya. Sifat-sifat pasar monopolistik :
·
Untuk
unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda.
·
Mirip
dengan pasar persaingan sempurna.
·
Brand
yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda.
·
Produsen
atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga.
·
Relatif
mudah keluar masuk pasar.
c.
Pasar
Oligopoli. Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi
oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri
yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di
Amerika Serikat, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar oligopoli :
·
Harga
produk yang dijual relatif sama.
·
Pembedaan
produk yang unggul merupakan kunci sukses.
·
Sulit
masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar.
·
Perubahan
harga akan diikuti perusahaan lain.
d.
Pasar
Monopoli. Pasar monopoli akan terjadi jika di dalam pasar konsumen hanya
terdiri dari satu produsen atau penjual. Contohnya seperti microsoft windows,
perusahaan listrik negara (pln), perusahaan kereta api (perumka), dan lain
sebagainya. Sifat-sifat pasar monopoli :
·
Hanya
terdapat satu penjual atau produsen.
·
Harga
dan jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopoli.
BAB
III
PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN
Proses pengambilan keputusan diawali dengan
adanya kebutuhan yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait
dengan beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan
untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen. Di dalam proses
membandingkan ini konsumen memerlukan informasi yang jumlah dan tingkat
kepentingannya tergantung dari kebutuhan konsumen serta situasi yang
dihadapinya. Keputusan pembelian akan dilakukan dengan menggunakan kaidah
menyeimbangkan sisi positif dengan sisi negatif suatu merek (compensatory decision rule) ataupun
mencari solusi terbaik dari perspektif konsumen (non-compensatory decision rule), yang setelah konsumsi akan
dievaluasi kembali.
3.1.Model
Proses Pengambilan Keputusan.
Ada banyak cara untuk
mengambil keputusan, dalam hal ini di klasifikasi berdasarkan bentuk model :
a.
Tujuannya : model latihan , model penelitian, model
keputusan, model perencanaan, dan lain sebagainya.
b.
Bidang penerapannya : model tentang transportasi, model
tentang persediaan barang, model tentang kesehatan,dan sebagainya.
c.
Tingkatkanya : model tingkat manejemen kantor, tingkat
kebijakan nasional, kebijakan rasional, kebijakan regional, kebijakan local,
dan sebagainya.
d.
ciri waktunya : model statis dan model dinamis.
e.
Bentuknya : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model
konflik,dan sebagainya.
f.
Pengembangan analitik : tingkat dimana matematika perlu
digunakan.
g.
Kompleksitas : model sangat terinci, model sederhana, model
global, model keseluruhan, dan sebagainya.
h.
Formalisasi : model mengenai dimana interaksi itu telah
digunakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu
di bicarakan juga.
3.2.Tipe Tipe Proses Pengambilan
Keputusan.
Tipe Pengambilan adalah tindakan manejemen
dalam penelitian alternatif untuk mencapai sasaran. Keputusannya di bagi 3
tipe :
a.
Keputusan terprogram : keputusan yang berulang-ulang dan
rutin, sehingga dapat di program keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan
terutama pada manejemen tingkat bawah.
b. keputusan setengah
terprogram : keputusan yang sebagian dapat diprogram sebagian berulang-ulang
dan rutin dan sebagaian tidak terstruktur.
c.
keputusan tidak terprogram : keputusan yang tidak terjadi
berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manejemen
tingkat atas informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak
mudah untuk di dapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari
lingkungan luar.
3.3.Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemecahan Masalah.
Konsumen menggunakan pemecahan masalah yang
terbatas ketika mereka melakukan sedikit usaha untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Hal ini sering dilakukan oleh konsumen ketika membeli suatu produk
yang telah mereka gunakan sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
jangkauan pemecahan masalah :
a.
Alternatif-alternatif dibedakan
dengan cara yang relevan, misalnya pembelian rumah.
b.
Tersedianya waktu
yang memadai untuk pertimbangan yang mendalam untuk membeli produk.
c. Terdapat
tingkat keterlibatan yang tinggi dalam menyertai pembelian.
Terdapat
5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian :
a.
Motivasi merupakan suatu dorongan
yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
b.
Persepsi merupakan hasil pemaknaan
seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan
informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan
tersebut.
c.
Pembentukan sikap merupakan
penilaian yang ada dalam diri seseorang
yang mencerminkan sikap suka atautidak
suka seseorang akan suatu hal.
d.
Integrasi merupakan kesatuan
antara sikap dan tindakan.
e.
Pembelajaran merupakan proses
belajar yang dilakukan seseorang setelah membeli produk tersebut dengan melihat
apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan akan
dijadikan sebagai alternatif dalam pembelian selanjutnya.
3.4.Pembelian.
Struktur keputusan membeli penting karena
sesudah menentukan kebutuhan dan mempunyai keinginan akan produk tertentu,
konsumen diharapkan untuk memunculkan keputusan untuk membeli. Ada tujuh
struktur keputusan membeli yang mempengaruhi konsumen :
a.
Keputusan
tentang jenis produk. Konsumen dapat memutuskan untuk membelanjakan uangnya
untuk membeli produk X atau tujuan lain selain melakukan pembelian.
b.
keputusan
tentang jenis produk. Konsumen memutuskan untuk membeli produk X dengan bentuk
tertentu (ukuran, mutu, corak,dan sebagainya).
c.
keputusan
tentang merek. Konsumen memutuskan merk yang akan diambil.
d.
keputusan
tentang penjualan. Konsumen memutuskan dimana akan membeli ( termasuk pedagang
besar, pengecer) Harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.
e.
Keputusan
tentang jumlah produk. Konsumen memutuskan jumlah produk yang akan dibeli.
f.
keputusan
tentang waktu pembelian. Konsumen memutuskan kapan harus membeli (kapan
uang/kesempatan tersedia).
g.
Keputusan
tentang cara pembayaran. Konsumen memutuskan mode pembelanjaan yang disukainya.
3.5.Diagnosa Perilaku Konsumen.
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat
diaplikasikan dalam beberapa hal, yaitu :
a.
Merancang sebuah strategi
pemasaran yang baik.
b.
Perilaku konsumen dapat
membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa
konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan
dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut.
c.
Pemasaran
sosial (social marketing) yaitu penyebaran ide di
antara konsumen.
Dengan memahami sikap
konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih
cepat dan efektif. Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti
perilaku konsumen yaitu :
a.
Pendekatan
pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam
perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya.
b.
Pendekatan
kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari
ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi.
c.
Pendekatan
ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari
ilmu ekonomi dan statistika.
Ketiga
pendekatan sama-sama memiliki nilai dan memberikan pemahaman atas perilaku
konsumen serta strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis
yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh
pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.
BAB IV
Evaluasi alternatif sebelum pembelian
Evaluasi Alternatif sebagai Proses adalah
suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternative dalam proses
pengambilan keputusan selanjutnya. Bila seseorang dihadapkan pada pembelian
produk, yaitu antara membeli produk yang satu dan yang lain dengan kesamaan
jenis, maka dia ada dalam posisi harus membuat Evaluasi Alternatif sebelum
pembelian. Dalam proses evaluasi alternatif, konsumen harus melakukan pemecahan
masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi
kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai.
4.1.Kriteria
Evaluasi.
Kriteria evaluasi berisi dimensi atau atribut
tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria
alternatif dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya dalam membeli mobil seorang
konsumen mungkin mempertimbangkan criteria, keselamatan, kenyamana, harga,
merek, negara asal (country of origin) dan juga spek hedonik seperti gengsi,
kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya. Beberapa kriteria eveluasi yang umum
adalah :
a.
Harga
menentukan pemilihan alternatif. Konsumen cenderung akan memiliha harga yang
murah untuk suatu produk yang ia tahu spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak
bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga merupakan indicator kualitas. Oleh
karena itu strategi harga hendaknya disesuaikan dengan karakteristik produk.
b.
Nama
Merek. Merek terbukti menjadi determinan penting dalam pembelian obat.
Nampaknya merek merupakan penganti dari mutu dan spesifikasi produk. Ketika
konsumen sulit menilai criteria kualitas produk, kepercayaan pada merek lama
yang sudah memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko kesalahan dalam pembelian.
c.
Negara
asal. Negara dimana suatu produk dihasilkan menjadi pertimbangan penting
dikalangan konsumen. negara asal sering mencitrakan kualitas produk. Konsumen
mungkin sudah tidak meraguakan lagi kualitas produk elektronik dari Jepan.
Sementara, untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan Swiss meruapak produk
yang handal tak teragukan.
d.
Saliensi
( Atribut yang mencolok). Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria
evaluasi kerap berbeda pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga produk
yang berbeda. Pada suatu produk mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa
harga adalah hal yang penting, tetapi tidak untuk produk yang lain. Atribut yang
mencolok (salient) yang benar-benar mempengaruhi proses evaluasi disebut
sebagai atribut determinan.
4.2.Menentukan
Alternatif Pilihan.
Konsumen memproses informasi dari beberapa
informasi dan membuat pertimbangan untuk memuaskan kebutuhan, konsumen mencari
manfaat produk dan memandang produk sebagai suatu rangkaian atribut, atribut
yang menonjol dianggap penting Pemasar perlu menjelaskan manfaat produk dan
menentukan atribut yang menonjol Keputusan Pembelian Konsumen membentuk satu maksud
pembelian, ada 2 faktor :
a.
Sikap/
pendirian orang lain.
b.
Situasi
yang tidak diantisipasi.
Sejumlah besar penelitian dan strategi
pemasaran telah mengasumsikan pembuat keputusan konsumen rasional dengan yang
terdefinisi dengan baik, preferensi stabil. Konsumen juga dianggap memiliki
kemampuan cukup untuk menghitung pilihan mana yang akan memaksimalkan nilainya,
dan akan memilih atas dasar ini :
a.
Pilihan
afektif : Pilihan afektif yang paling mungkin ketika motif yang mendasari
consummatory daripada instrumental. Consummatory motif mendasari perilaku yang
secara intrinsik bermanfaat untuk individu yang terlibat. Motif Instrumental
mengaktifkan perilaku yang dirancang untuk mencapai tujuan kedua. memvisualisasikan
bagaimana manfaat yang dirasakan selama dan setelah pengalaman konsumsi. Hal
ini sangat penting bagi merek baru atau produk dan jasa. Konsumen yang telah
memiliki pengalaman dengan sebuah produk atau merek memiliki dasar untuk
membayangkan respon afektif yang dihasilkan.
b.
Atribut
berbasis versus atribut proses pilihan : Dua proses pertimbangan yang mungkin
digunakan untuk membeli kamera digital :
Proses 1 : Setelah konsultasi Internet untuk
menentukan fitur apa yang paling disukai, konsumen kemudian pergi ke toko
elektronik lokal dan membandingkan berbagai merek fitur yang paling penting
baginya yaitu, otomatis, kamera ukuran, fitur zoom, dan ukuran penyimpanan. Dia
melihat keynggulan masing-masing model atas atribut dan kesan umum nya model
kualitas masing-masing. Atas dasar evaluasi ini, ia memilih SportZoom Olympus.
Proses 2 : konsumen mengingat bahwa temannya
Olympus SportZoom bekerja dengan baik dan tampak “baik”,orang tuanya memiliki
Easyshare Kodak yang juga bekerja dengan baik tapi agak besar dan berat, dan
tua Fujifilm Finepix tidak diinginkan serta ia diharapkan . Di toko elektronik
setempat ia melihat bahwa model dan Kodak Olympus memiliki harga yang sama dan
memutuskan untuk membeli SportZoom Olympus.
Contoh pertama di atas adalah pilihan
berbasis atribut. Contoh yang kedua sikap-berbasis-pilihan berdasarkan pilihan
sikap. Secara umum, pentingnya membuat keputusan yang optimal meningkat dengan
nilai barang yang sedang dipertimbangkan dan konsekuensi dari keputusan yang
tidak optimal. Semakin mudah untuk mengakses atribut informasi lengkap suatu
merek, pengolahan berdasarkan atribut,lebih kemungkinan akan digunakan.
4.3.Menaksir
Alternatif Pilihan.
Menaksir alternatif pilihan adalah kegiatan mentaksir
atau memprediksi pilihan alternatif setelah pilihan awal tidak berhasil
dicapai, kegiatan ini berfungsi sebagai rencana jaga-jaga jika ada pilihan yang
tidak berhasil. Konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek
alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertenu membantu menjelaskan
proses evaluasi konsumen.
a. Pertama : Kita menganggap bahwa setiap
konsumen melihat produk sebagai kumpulam atribut produk.
b. Kedua : Konsumen akan memberikan tingkat arti
penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik
masing-masing.
c. Ketiga : Konsumen mungkin akan mengembangkan
satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiaap atribut.
d. Keempat : Harapan kepuasan produk total
konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda.
e. Kelima : Konsumen sampai pada sikap terhadap
merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi.
Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu
prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana
konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada
masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan,
konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran secara logis. Pada
waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau bahkan tidak
sama sekali. Terkadang Mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau
tergantung pada intuisi, Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli
sendiri, Kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau
wiraniaga untuk memberi saran pemberian.
Pemasar harus mempelajari pembeli untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila
mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat
membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan membeli. Jika ingin
membeli handphone, seseorang mungkin akan membuat perbandingan langsung seluruh
merek pada fitur-fitur seperti harga, berat, dan kejelasan tampilan. Penilaian
perbandingan ini mungkin tidak sepenuhnya akurat.
a. Akurasi penilaian individu. Penelitian
menunjukkan individu yang biasanya tidak memperhatikan perbedaan yang relatif
kecil antara merek atau perubahan atribut merek. Selain itu, kompleksitas
banyak produk dan jasa serta fakta bahwa beberapa aspek kinerja dapat dinilai
hanya setelah digunakan luas membuat perbandingan merek akurat sulit.
b. Penggunaan indikator pengganti. Secara umum,
indikator pengganti beroperasi lebih kuat ketika konsumen tidak keahlian untuk
membuat penilaian informasi sendiri, ketika konsumen motivasi atau kepentingan
dalam keputusan rendah, dan ketika kualitas informasi terkait lainnya yang
kurang.
c. Pentingnya relatif dan pengaruh kriteria
evaluasi. Pentingnya kriteria evaluatif bervariasi antara individu dan juga di
dalam individu yang sama dari waktu ke waktu. Penggunaan situasi, konteks
Kompetitif-Secara umum, efek Iklan.
4.4.Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan.
Dalam mengambil keputusan terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yang paling utama adalah yang paling maksimal
dakam memenuhi berbagai kriteria yang dapat di capai oleh produk. Tingkat
tinggi satu atribut tidak dapat mengimbangi tingkat rendah yang lain. keputusan
disjungtif aturan dan kata penghubung dapat menghasilkan seperangkat alternatif
yang bisa diterima, sedangkan sisanya aturan umumnya menghasilkan satu
“terbaik” alternatif.
a.
Kata
penghubung Aturan Keputusan. Aturan keputusan kata penghubung menetapkan
standar kinerja minimum yang diperlukan untuk setiap kriteria evaluatif dan
memilih yang pertama atau semua merek yang memenuhi atau melebihi standar
minimum. Karena individu memiliki keterbatasan kemampuan untuk memproses
informasi, aturan kata penghubung yang sering digunakan untuk mengurangi ukuran
tugas pengolahan informasi untuk beberapa tingkat dikelola.
b.
Disjungtif
Aturan Keputusan. Aturan keputusan disjungtif menetapkan tingkat minimum
kinerja untuk setiap atribut yang penting (sering level yang cukup tinggi).
Ketika aturan pengambilan keputusan disjungtif digunakan oleh target pasar,
sangat penting untuk memenuhi atau melampaui konsumen persyaratan pada setidaknya
salah satu kriteria kunci.
c.
Eliminasi
oleh aspek Aturan Keputusan. Untuk target pasar menggunakan eliminasi oleh
aspek aturan, sangat penting untuk memenuhi atau melampaui satu atau lebih
persyaratan konsumen persyaratan (dalam urutan) dari kriteria yang digunakan
dari kompetisi.
d.
Leksikografis
Aturan Keputusan. Aturan pengambilan keputusan leksikografis mirip dengan
eliminasi-oleh aspek aturan.
Perbedaannya adalah bahwa aturan
leksikografis mencari kinerja maksimum pada setiap tahap, sedangkan eliminasi
oleh aspek mencari kinerja yang memuaskan pada setiap tahap. Kompensasi Aturan Keputusan
menyatakan bahwa merek yang tingkatan tertinggi pada jumlah konsumen penilaian
dari kriteria evaluatif yang relevan akan dipilih.memiliki tingkat kinerja pada
atau di dekat kompetisi pada pentingnya fitur lebih karena mereka menerima
lebih berat dalam keputusan daripada atribut lainnya.
BAB
V
PEMBELIAN
5.1.Proses
Keputusan Membeli.
Keputusan
seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia,
pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses
pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian. Menurut Kotler (1997) ada
beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan pembelian,
anatara lain :
a.
Pengenalan Masalah. Merupakan faktor
terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali
suatu masalah atau kebutuhan.
b.
Pencarian informasi. Seorang selalu mempunyai
minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila dorongan tersebut kuat dan
obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen akan bersedia
untuk membelinya.
c.
Evaluasi Alternatif. Konsumen akan mempunyai
pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti terhadap produk
yang akan dibelinya.
d.
Keputusan Pembeli. Setelah konsumen mempunyai
evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan untuk membeli.
Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di antara
beberapa merek yang tersedia.
e.
Evaluasi Pasca Pembalian. Merupakan proses
evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan
keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan
evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini,
terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk
tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan
akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa
tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan
menurunkan permintaan konsumen di masa depan.
5.2.Memilih Alternatif Terbaik.
Di dalam pengambilan keputusan, pengambil
keputusan harus memilih salah satu alternatif di antara banyak alternatif.
Pemilihan dapat dilakukan berdasarkan pada kriteria tertentu, kompromi, atau
tekanan. Memang harus diakui ada hasil keputusan yang memuaskan semua pihak
tetapi ada juga yang merugikan pihak lain.
5.3.Memilih Sumber-sumber Pembelian.
Pencarian
informasi dapat bersifat aktif atau pasif, internal atau eksternal, pencarian
informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko
untuk membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian
informasi pasif hanya dengan membaca iklan di majalah atau surat kabar tanpa
mempunyai tujuan khusus tentang gambaran produk yang diinginkan.Pencarian
informasi internal tentang sumber – sumber pembelian dapat berasal dari
komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari
komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari
pelopor opini, sedangkan informasi eksternal berasal dari media masa dan sumber
informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan.
a.
Sumber pribadi : keluarga, teman,
tetangga, kenalan.
b.
Sumber komersial : Iklan, wiraniaga, agen,
kemasan, pajangan.
c.
Sumber publik : media massa, organisasi
penilai konsumen.
d.
Sumber pengalaman : penanganan,
pemeriksaan dan menggunakan produk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar